
Lalu, kenapa kabel bawah laut ini bermasalah? Hingga kini, PLN masih menyelidiki penyebab pasti. Dugaan awal, ada gangguan teknis pada Saluran Kabel Laut Tegangan Tinggi (SKLT) Gilimanuk-Banyuwangi. Beberapa sumber menyebut kemungkinan kelebihan beban pada pembangkit lokal juga turut memperparah situasi. Namun, Manager Komunikasi PLN UID Bali, I Wayan Eka Susana, menegaskan bahwa investigasi masih berlangsung. “Kami fokus pada pemulihan dulu,” ujarnya.
Menariknya, kejadian ini bukan yang pertama. Pada 18 Agustus 2005, Bali dan Jawa juga pernah alami blackout besar. Saat itu, lebih dari 100 juta orang terdampak karena gangguan serupa. Sepertinya, ketergantungan Bali pada pasokan listrik dari Jawa masih jadi tantangan besar.
Blackout ini bukan cuma bikin lampu mati. Dampaknya terasa di mana-mana. Berikut beberapa efek yang paling kentara:
Meski begitu, beberapa sektor tetap bertahan. SPBU Pertamina, misalnya, bisa beroperasi normal berkat genset. Ini menunjukkan pentingnya cadangan listrik di fasilitas vital.
PLN tak tinggal diam. Sekitar pukul 17.30 WITA, mereka mulai menyalakan kembali listrik secara bertahap. Beban sebesar 232 MW berhasil dipulihkan, terutama di wilayah seperti Pesanggaran dan Celukan Bawang. Prioritas diberikan pada bandara, rumah sakit, dan objek vital lainnya. Hingga malam, sekitar 75% wilayah Bali sudah kembali menyala, meski Denpasar masih gelap hingga pukul 19.30 WITA.
Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi, atas nama Presiden, menyampaikan permintaan maaf atas ketidaknyamanan ini. PLN juga berjanji memberikan update berkala. Sekda Badung, Ida Bagus Surya Suamba, memperkirakan pemadaman berlangsung sekitar lima jam. Benar saja, sebagian besar wilayah Bali kembali normal menjelang malam.
Kejadian ini membuka mata kita tentang beberapa hal. Pertama, ketergantungan Bali pada kabel bawah laut Jawa-Bali sangat riskan. Gangguan kecil saja bisa bikin pulau gelap. Kedua, infrastruktur listrik lokal perlu diperkuat. Bali punya potensi energi terbarukan, seperti PLTS Kayubihi, tapi kapasitasnya masih kecil.
Di X, Greenpeace Indonesia (@GreenpeaceID) menyoroti urgensi Bali beralih ke energi terbarukan. Mereka bilang, “Supply dari batubara via Jawa terbukti tak andal.” Ini sejalan dengan saran Surya Suamba agar Bali mandiri energi dengan PLTS dan sumber terbarukan lainnya.
Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA
Temukan Berita Terbaru: Google News