Iklan Floating Google AdSense (Diperbaiki)
×

Lebaran Ketupat: Tradisi Unik Pasca Idul Fitri di Indonesia

ENSIKLOPEDIA – Setelah merayakan Idul Fitri, masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa, melanjutkan tradisi unik yang dikenal sebagai Lebaran Ketupat, atau Bakda Kupat. Dirayakan setiap 8 Syawal (seminggu setelah Idul Fitri), tradisi ini bukan hanya sekadar pesta kuliner, tetapi juga mengandung makna filosofis yang dalam serta menjadi warisan budaya yang terus dilestarikan.

Asal Usul dan Makna Filosofis Lebaran Ketupat

Tradisi Lebaran Ketupat diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga, salah satu Wali Songo, sebagai sarana dakwah dengan pendekatan budaya. Ia memadukan tradisi slametan (kenduri) pra-Islam dengan nilai-nilai Islam seperti syukur, sedekah, dan silaturahmi.

Ketupat sendiri memiliki simbolisme mendalam, Frasa Jawa “ngaku lepat” (mengakui kesalahan) mengajarkan pentingnya saling memaafkan.

Bentuk segi empat ketupat melambangkan pengendalian empat nafsu manusia. Janur kuning dianggap sebagai simbol kesucian hati. Nasi putih melambangkan kebersihan jiwa setelah menjalani puasa.

Empat prinsip dalam tradisi Jawa—Lebaran, Luberan, Leburan, dan Laburan—menjadi pedoman dalam perayaan ini.

Ragam Acara Perayaan

Perayaan Lebaran Ketupat bervariasi di berbagai daerah:

Di Jawa Tengah & Timur, warga berziarah ke makam Wali Songo dan menggelar acara seperti Kirab Gunungan Seribu Ketupat di Demak serta Festival Balon Syawalan di Magelang.

Di Madura, masyarakat melakukan ritual Tellasen Pettok dengan doa sebelum menyantap ketupat bersama opor ayam.

Di Lombok, NTB terdapat arak-arakan cidomo membawa ketupat ke Makam Loang Baloq disertai shalawat.

Masyarakat Manado membuka pintu rumah lebar-lebar untuk tamu sebagai simbol keterbukaan dan permohonan maaf.

Trenggalek menyelenggarakan Pawai Gebyar Lebaran Ketupat dengan parade budaya.

Keunikan Tradisional Perayaa Lebaran Ketupat 

Tradisi ini mencerminkan akulturasi antara ajaran Islam dan kearifan lokal serta menjadi media silaturahmi bagi masyarakat untuk berkumpul dan berbagi ketupat.

Dalam era modern ini, pelestarian tradisi tetap berlangsung melalui gathering keluarga atau festival budaya di kota-kota besar seperti Yogyakarta.

Lebaran Ketupat lebih dari sekadar sebuah tradisi; ia merupakan warisan hidup yang merefleksikan identitas religius dan kaya budaya Indonesia.

Dari filosofi ketupat hingga keragaman acara perayaannya, tradisi ini menunjukkan keberhasilan dakwah kultural para leluhur kita.(*/red)

 

Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA

Temukan Berita Terbaru: Google News

Berita Serupa