Penulis : Muhammad Jaddin Wajad
JEMBER, Pelitonline.co – Sebagai warning bagi perilaku politik,Ketika politisi berhasil menggaet amanat rakyat, maka ia memperoleh posisi terhormat. Ketika politisi telah mengemban amanah, maka ia terikat sumpah mensejahterakan umat.
Ketika politisi mengikhlaskan amanah, maka ia melepas kepentingan sesaat demi kemaslahatan umat. Begitulah adagium yang mestinya menjadi pedoman para perilaku politisi. Tak peduli apapun amanah yang diberikan rakyat, sepanjang masih tergenggam erat direngkuhan kekuasaannya, maka pemimpin adalah penentu setiap nasib rakyat.
Begitu pula, tanggung jawab besar sedang mengitari kehadirannya. Bukan sekedar memenuhi hasrat siapapun yang mengelilingi.
Bukan sekedar memuaskan keinginan siapapun yang menyanjung kekuasaannya.
Bukan sekedar makan malam penutup hari menjelang tidur lelapnya. Amanah adalah tanggung jawab terhadap apapun yang dilakukannya sebagai pemimpin bagi rakyatnya. Perilaku kepemimpinan adalah taruhannya.
Seperti yang ungkapkan Guru bangsa ini, Gus Dur bahwa politisi yang amanah adalah politisi yang bercermin kepada kehendak rakyatnya. Lawan amanah adalah khianat.
Gambarannya, episode kehidupan politik di Kabupaten Jember hari-hari ini sedang mengisi kesuntukan. Bagaimana tidak ? Hanya karena berseberangan kepentingan pasca Pilihan Kepala Daerah (Pilkada) 20202 warga menerima getah perseteruannya.
Ditingkahi politik belah bambu, injak kawan seiring angkat lawan makan sepiring.
Pihak yang terpinggirkan sekarang sedang menikmati ketidakberdayaan, tanpa teman dan tanpa peran, NIHIL.
Gerombolan yang berkuasa sedang menikmati lezatnya kue kekuasaan selera idamannya.
Maka penguasa sedang bersuka ria, suka-sukanya mau berbuat apa sekehendaknya, kadang melampaui kesukaan tidak lazim dan tidak lagi bermanfaat semua perbuatannya bagi kepentingan masyarakat yang memenangkannya.
Tapi tetap suka-sukanya berbuat sekehendaknya, dan memang begitulah watak kekuasaan yang sedang menggejala di Kabupaten Jember hari ini. Gejala suka suka juga merasuki tahun ketiga. Tujuh program unggulan Bupati Hendy Siswanto sepertinya tak lagi bisa diunggulkan.
Berbasis pada evaluasi yang dilakukan DPRD dalam forum LKPJ TA 2022, semua target dan rumusan program seperti memasuki zona kosong tak bertuan. Semua pihak yang berkepentingan di Jember sedang malas bersentuhan dengan semua kehendak Bupati Hendy Siswanto.
Hal itu, karena selalu berujung kekecewaan. Pun demikian juga Bupati Hendy sendiri sepertinya juga sudah malas membahas 7 (tujuh) program unggulan yang digembar-gemborkan dalam kampanye yang menjadikan sebab kemenangannya dalam Pilkada 2020.
Bahkan dalam forum-forum resmi terkait pembahasan dokumen resmi, seperti RKPD, KUA PPAS, ataupun komposisi APBD tujuh program tersebut seperti menguap tanpa bentu, tanpa wujud, tanpa jejak. Apalagi dalam pembahasan rapat-rapat teknis dengan OPD haram hukumnya membahasnya.
Yang populer hari ini adalah pembahasan tentang Festivalisasi pencitraan berwajah seolah program pensejahteraan rakyat, semacam J-Berbagi. Seolah menjadi program unggulan baru yang muncul tiba-tiba di tengah jalan entah darimana asalnya.
Program yang tak jelas Asbabun Nuzulnya ini lebih sakti daripada dokumen RPJMD, RKPD maupun KUA PPAS. Tidak peduli apakah ada cantolannya atau tidak, terkesan sepanjang dikehendaki Bupati Hendy Siswanto maka sebuah program menjadi sah keberadaannya, terlepas apakah dibutuhkan masyarakat atau tidak. Terlepas apakah disetujui DPRD atau tidak, karena sepertinya mudah membelokkan persetujuan DPRD asal sudah kelihatan hilalnya POKIR nya.
Hari ini membahas 7 (tujuh) program unggulan Bupati Hendy Siswanto seperti membicarakan kebalikan dari fungsi Puyer Bintang Toedjoeh. Bukannya mengobati Kepala pusing malah membikin Kepala pusing tujuh keliling.
Eksistensinya secara sengaja sudah dilupakan, arah tujuannya sudah dihilangkan dan pengharapan pendukungnya hingga menjadikannya sebagai Bupati Jember juga sudah musnah, seiring keputusasaan.
Faktanya, tiada satupun yang mendapat perhatian, mendapat anggaran apalagi sekedar mewacanakan keberlanjutannya.
Hari ini 7 (tujuh) program unggulan Bupati Hendy Siswanto kandas berbarengan dengan kandasnya harapan 10.000 mahasiswa mendapat bagian beasiswa dan memperoleh pekerjaan yang layak sebagai buah dari prestasi belajarnya.
Hari ini 7 (tujuh) program unggulan Bupati Hendy siswanto kandas berbarengan dengan kandasnya harapan 10.000 warga masyarakat Kabupaten Jember mendapat rumah murah.
Hari ini 7 (tujuh) program unggulan Bupati Hendy Siswanto kandas berbarengan dengan kandasnya harapan Guru ngaji, Guru PAUD, Guru Pesantren, Guru TPQ, GTT/PTT mendapat insentif dan jaminan kesehatan bersama-sama pekerja berpenghasilan rendah.
Hari ini 7 (tujuh) program unggulan Bupati Hendy Siswanto kandas berbarengan dengan kandasnya harapan mendapat lapangan pekerjaan, juga kandasnya harapan dapat mengakses lokasi wisata yang eksotik, serta kandasnya harapan terwujudnya outer ring road dari Gumitir menuju Paseban.
Hari ini 7 (tujuh) program unggulan Bupati Hendy Siswanto kandas berbarengan dengan kandasnya harapan terwujudnya Jember sebagai Pusat komoditas pertanian Nasional apalagi Internasional,serta tidak jelasnya harga pasar komoditas pertanian pasca panen.
Hari ini 7 (tujuh) program unggulan Bupati Hendy Siswanto kandas berbarengan dengan kandasnya harapan nelayan meningkatkan kesejahteraan keluarganya sebagai buah dari ketersediaan pusat pelelangan ikan dan terjaminnya harga jual hasil tangkapannya.
Hari ini 7 (tujuh) program unggulan Bupati Hendy Siswanto kandas berbarengan dengan kandasnya harapan terwujudnya desa-desa cerdas serta juga kandasnya harapan terealisasikannya sanitasi dasar di semua rumah pedesaan.
Hari ini tersedia di kotak penyimpanan alasan klise yang kerap dimunculkan untuk menutupi kegagalan kekuasaan dan menghindari tanggungjawab .. semua karena Covid-19.
Pertanyaanya : Akankah 7 program unggulan akan diunggulkan kembali dalam pilkada 2024 ataukah akan dikesampingkan dengan harapan masyarakat Jember sudah lupa karena kenyang dihibur dengan berbagai atraksi, festival dan pertunjukkan tiada henti.
Entah apakah memang sedemikian sedihnya masyarakat Jember dengan kandasnya 7 (tujuh) program unggulan Bupati Hendy Siswanto hingga perlu digelar hiburan terus menerus untuk melupakannya ataukah ada maksud lain yang sulit dijangkau pikiran lugu, lurus dan sederhana ini.