PERISTIWA – Musim kemarau merupakan fase penting dalam siklus iklim tahunan Indonesia yang berdampak besar pada sektor pertanian, ketersediaan air bersih, dan risiko bencana seperti kebakaran hutan. Menjelang tahun 2025, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan prediksi resmi mengenai awal musim kemarau yang diperkirakan mulai antara bulan Mei hingga Juni. Namun, transisi ini tidak seragam di seluruh wilayah Indonesia karena adanya variasi regional yang signifikan.
Menurut BMKG, wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT) diperkirakan mengalami awal musim kemarau lebih awal dibandingkan wilayah lain. Meski demikian, beberapa daerah di wilayah tersebut masih berpotensi mengalami hujan lokal yang cukup signifikan pada awal musim kemarau. Fenomena ini disebabkan oleh ketidakstabilan atmosfer yang dipicu oleh gelombang Rossby ekuatorial dan nilai indeks Outgoing Longwave Radiation (OLR) yang negatif, yang menunjukkan konsentrasi awan konvektif berpotensi menimbulkan hujan. Contohnya, curah hujan di Jakarta Selatan tercatat mencapai 127 mm dalam satu hari pada awal Mei 2025, angka yang relatif tinggi untuk periode yang seharusnya mulai mengarah ke musim kemarau.
Musim kemarau 2025 diperkirakan berlangsung dengan variasi durasi dan intensitas yang cukup signifikan di berbagai wilayah. Wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) diprediksi mengalami musim kemarau sangat panjang, mencapai hingga 24 dekad atau sekitar delapan bulan. Durasi kemarau yang panjang ini membawa tantangan besar, terutama terkait ketersediaan air bersih dan ketahanan pangan. Kekeringan berkepanjangan di NTT berpotensi menurunkan hasil pertanian, memperparah kelangkaan air, dan meningkatkan risiko kebakaran hutan serta lahan. Oleh karena itu, NTT menjadi fokus utama dalam upaya mitigasi dan kesiapsiagaan menghadapi musim kemarau 2025.
Sementara itu, wilayah Jawa, Bali, dan NTB diperkirakan mengalami musim kemarau dengan durasi lebih pendek namun intensitas yang cukup tinggi. Meskipun musim kemarau sudah mulai berlangsung, beberapa daerah masih mengalami hujan lokal yang cukup signifikan, yang menandakan transisi musim hujan ke kemarau berlangsung secara bertahap dan tidak tiba-tiba.