Respon Buruh dan Publik
Reaksi terhadap janji Prabowo di depan buruh beragam. Buruh di Monas menyambut antusias. Sorakan mereka membuktikan betapa besar harapan pada Prabowo. Hendi, buruh asal Bekasi, bahkan menangis haru saat melihat presiden hadir langsung. “Ini pertama kalinya dalam 15 tahun saya jadi buruh, presiden datang ke kami,” katanya.
Di media sosial, tagar #MayDay2025 ramai. Banyak yang memuji empati Prabowo, tapi tak sedikit yang skeptis. Seorang pengguna X menulis, “Janji bagus, tapi eksekusinya yang penting. Jangan sampai cuma wacana.” Pengamat seperti Trubus Rahadiansyah dari Universitas Trisakti menyebut pendekatan Prabowo menunjukkan empati nyata. Namun, ia menekankan buruh harus jadi bagian solusi, bukan sekadar objek tuntutan.
Langkah ke Depan
Pidato Prabowo di Monas bukan akhir, melainkan awal. Janji Prabowo di depan buruh membuka ruang optimisme, tapi juga tanggung jawab besar. Pemerintah harus bekerja cepat dan transparan. Buruh, pengusaha, dan DPR perlu duduk bersama, memastikan setiap janji tak cuma tinggal kata-kata.
Langkah konkret sudah dimulai. Kenaikan upah minimum 6,5% jadi bukti awal. Pertemuan di Istana Bogor dan pembahasan RUU PPRT minggu depan akan jadi tolok ukur. Buruh juga harus aktif, memastikan suara mereka didengar di Dewan Kesejahteraan Buruh Nasional.
Ria, buruh garmen dari Garut, menyimpan bendera kecil dari acara Monas di sakunya. “Besok kami kembali ke pabrik,” katanya. “Tapi hari ini, kami pulang bawa harapan.” Harapan itu kini ada di tangan Prabowo dan semua pihak yang terlibat. Akankah 2025 jadi tahun buruh Indonesia bangkit? Waktu yang akan menjawab.