Iklan Floating Google AdSense (Diperbaiki)
×

Gelombang Tinggi Mengancam, BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem di Laut dan Darat

Di daratan, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat juga diprediksi terjadi di berbagai provinsi. Kombinasi ini bisa memicu banjir, longsor, dan gangguan transportasi. “Kami meminta pemerintah daerah untuk segera membersihkan saluran air dan berkoordinasi dengan BPBD guna mengurangi risiko bencana,” tambah Dwikorita.

Data Terbaru: Ketinggian Gelombang Tinggi dan Wilayah Terdampak

Berikut adalah data terbaru dari BMKG terkait gelombang tinggi yang perlu diwaspadai hingga 27 Maret 2025:

  • Gelombang Tinggi (2,5 – 4 meter): Perairan utara Sabang, Laut Arafuru, Perairan selatan Banten, dan Samudera Hindia selatan Jawa.
  • Gelombang Sedang (1,25 – 2,5 meter): Selat Sunda, Teluk Lampung, Laut Sulawesi, dan Perairan Kepulauan Seribu.
  • Wilayah Daratan Berisiko: Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Timur dengan potensi hujan lebat disertai petir.

Data ini menunjukkan bahwa gelombang tinggi tidak hanya mengancam nelayan, tetapi juga kapal-kapal besar yang beroperasi di jalur pelayaran utama. “Saya sudah tunda keberangkatan kapal ferry ke pulau seberang. Ombaknya terlalu ganas,” ungkap Budi, seorang nahkoda di Pelabuhan Merak, pada 25 Maret 2025.

Tren Gelombang Tinggi di 2025: Dampak Perubahan Iklim?

Fenomena gelombang tinggi di awal 2025 ini bukan kejadian baru. Sepanjang tahun, BMKG mencatat peningkatan frekuensi dan intensitas cuaca ekstrem, yang diduga terkait dengan perubahan iklim global. Suhu permukaan laut yang lebih hangat akibat pemanasan global menjadi salah satu pemicu utama. Menurut laporan BMKG, suhu laut di Samudera Hindia meningkat rata-rata 0,25 derajat Celsius per dekade, yang memperkuat aktivitas angin dan gelombang.

Tren ini juga terlihat dari postingan di media sosial X. Seorang pengguna menulis, “Gelombang tinggi lagi di perairan selatan Jawa, kapal nelayan pada minggir. Apa ini efek iklim berubah?” Sentimen serupa mencerminkan kekhawatiran masyarakat terhadap pola cuaca yang semakin sulit diprediksi.

Penelitian global, seperti yang dipublikasikan di ScienceDirect pada 2024, juga mendukung temuan ini. Studi tersebut menyebutkan bahwa kenaikan permukaan laut dan intensitas siklon tropis akan terus meningkatkan risiko gelombang tinggi di wilayah tropis, termasuk Indonesia. “Kita tidak bisa lagi anggap ini kejadian biasa. Ini alarm dari alam,” kata Dr. Andi, pakar klimatologi dari Universitas Indonesia.

Dampak Gelombang Tinggi di Laut dan Darat

Gelombang tinggi membawa dampak signifikan, baik di laut maupun darat. Berikut adalah beberapa konsekuensi yang perlu diperhatikan:

  • Keselamatan Maritim: Nelayan kecil berisiko tinggi karena perahu mereka tidak mampu melawan ombak besar. Tercatat, dua kapal nelayan dilaporkan hilang di Perairan Aceh pada 23 Maret 2025.
  • Ekonomi: Penundaan pelayaran dan kerusakan infrastruktur pelabuhan bisa mengganggu distribusi barang, terutama di wilayah kepulauan.
  • Bencana Daratan: Hujan lebat yang menyertai gelombang tinggi meningkatkan risiko banjir bandang dan longsor, khususnya di daerah pegunungan seperti Jawa Barat dan Sulawesi.
  • Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA

    Temukan Berita Terbaru: Google News

    Halaman: 1 2 3
Berita Serupa
Exit mobile version