
Berita – Gelombang tinggi kembali menjadi perhatian serius di Indonesia. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan terkait potensi cuaca ekstrem yang dapat memengaruhi wilayah laut dan daratan pada akhir Maret 2025.
Dengan ketinggian gelombang yang diperkirakan mencapai 4 meter di beberapa perairan, masyarakat, khususnya nelayan dan pelaku aktivitas maritim, diminta untuk meningkatkan kewaspadaan. Fenomena ini tidak hanya mengancam keselamatan di laut, tetapi juga berpotensi memicu bencana di darat seperti banjir dan longsor. Artikel ini akan membahas data terbaru, tren terkini, serta langkah antisipasi yang bisa dilakukan.
Berdasarkan informasi resmi dari BMKG pada 24 Maret 2025, gelombang tinggi dengan ketinggian 2,5 hingga 4 meter diprediksi terjadi di sembilan wilayah perairan Indonesia hingga 27 Maret 2025. Sementara itu, gelombang sedang dengan ketinggian 1,25 hingga 2,5 meter diperkirakan melanda 28 wilayah lainnya. Wilayah seperti Laut Natuna Utara, Selat Makassar, dan perairan selatan Jawa menjadi sorotan utama karena potensi dampaknya yang besar.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengungkapkan, “Kami mengamati adanya fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) serta kemunculan bibit siklon tropis yang menjadi pemicu angin kencang dan kenaikan tinggi gelombang di laut.”. Peringatan ini juga diperkuat oleh data yang menunjukkan adanya angin kencang dengan kecepatan hingga 30 kilometer per jam di beberapa wilayah.
Di daratan, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat juga diprediksi terjadi di berbagai provinsi. Kombinasi ini bisa memicu banjir, longsor, dan gangguan transportasi. “Kami meminta pemerintah daerah untuk segera membersihkan saluran air dan berkoordinasi dengan BPBD guna mengurangi risiko bencana,” tambah Dwikorita.
Berikut adalah data terbaru dari BMKG terkait gelombang tinggi yang perlu diwaspadai hingga 27 Maret 2025:
Data ini menunjukkan bahwa gelombang tinggi tidak hanya mengancam nelayan, tetapi juga kapal-kapal besar yang beroperasi di jalur pelayaran utama. “Saya sudah tunda keberangkatan kapal ferry ke pulau seberang. Ombaknya terlalu ganas,” ungkap Budi, seorang nahkoda di Pelabuhan Merak, pada 25 Maret 2025.
Fenomena gelombang tinggi di awal 2025 ini bukan kejadian baru. Sepanjang tahun, BMKG mencatat peningkatan frekuensi dan intensitas cuaca ekstrem, yang diduga terkait dengan perubahan iklim global. Suhu permukaan laut yang lebih hangat akibat pemanasan global menjadi salah satu pemicu utama. Menurut laporan BMKG, suhu laut di Samudera Hindia meningkat rata-rata 0,25 derajat Celsius per dekade, yang memperkuat aktivitas angin dan gelombang.
Tren ini juga terlihat dari postingan di media sosial X. Seorang pengguna menulis, “Gelombang tinggi lagi di perairan selatan Jawa, kapal nelayan pada minggir. Apa ini efek iklim berubah?” Sentimen serupa mencerminkan kekhawatiran masyarakat terhadap pola cuaca yang semakin sulit diprediksi.
Penelitian global, seperti yang dipublikasikan di ScienceDirect pada 2024, juga mendukung temuan ini. Studi tersebut menyebutkan bahwa kenaikan permukaan laut dan intensitas siklon tropis akan terus meningkatkan risiko gelombang tinggi di wilayah tropis, termasuk Indonesia. “Kita tidak bisa lagi anggap ini kejadian biasa. Ini alarm dari alam,” kata Dr. Andi, pakar klimatologi dari Universitas Indonesia.
Gelombang tinggi membawa dampak signifikan, baik di laut maupun darat. Berikut adalah beberapa konsekuensi yang perlu diperhatikan:
Seorang warga di Kupang, Maria, mengeluh, “Jalan ke pasar sudah banjir dua hari ini. Hujan nggak berhenti, katanya karena ombak laut juga tinggi.” Cerita ini mencerminkan bagaimana cuaca ekstrem di laut bisa berdampak langsung pada kehidupan sehari-hari di darat.
Menghadapi ancaman gelombang tinggi dan cuaca ekstrem, BMKG memberikan sejumlah rekomendasi praktis:
“Kami juga mengimbau masyarakat untuk tidak panik, tapi tetap siaga. Informasi terkini selalu kami update,” ujar juru bicara BMKG dalam konferensi pers pada 26 Maret 2025.
Gelombang tinggi yang melanda perairan Indonesia pada Maret 2025 menjadi pengingat bahwa cuaca ekstrem kini semakin sering terjadi. Dengan peringatan dini dari BMKG, masyarakat memiliki kesempatan untuk mempersiapkan diri menghadapi ancaman ini. Baik di laut maupun darat, kewaspadaan adalah kunci untuk mengurangi risiko. Seperti yang dikatakan oleh Dwikorita, “Alam tidak bisa kita lawan, tapi kita bisa belajar hidup berdampingan dengannya.” Mari kita ambil langkah bijak agar tetap aman di tengah tantangan cuaca yang kian ganas.
Dengan informasi ini, semoga kita semua bisa lebih siap menghadapi gelombang tinggi dan dampaknya. Pantau terus perkembangan cuaca dan jangan ragu untuk bertindak cepat demi keselamatan bersama.
Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA
Temukan Berita Terbaru: Google News