Iklan Floating Google AdSense (Diperbaiki)
×

Enam Staf Dewan Keamanan Nasional AS Dipecat Trump Menyusul Pertemuan dengan Aktivis Laura Loomer

LUAR NEGERI – Dua sumber yang mengetahui masalah ini mengungkapkan bahwa Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah memberhentikan enam anggota staf Dewan Keamanan Nasional (NSC). Keputusan ini diambil setelah berlangsungnya sebuah pertemuan yang cukup tegang di Ruang Oval.

Dalam pertemuan tersebut, Laura Loomer, seorang aktivis politik sayap kanan, menyajikan data riset tandingan yang diklaimnya menunjukkan ketidakloyalan sejumlah staf terhadap Trump.

Pemberhentian ini terjadi secara bertahap: empat staf dipecat segera setelah pertemuan berakhir (semalaman), sementara dua lainnya dicopot dari jabatan mereka selama akhir pekan. Situasi ini menciptakan kondisi yang luar biasa, di mana pengaruh Loomer tampak melebihi Penasihat Keamanan Nasional, Mike Waltz, dalam menentukan nasib staf NSC. Tindakan ini secara efektif melemahkan posisi Waltz karena beberapa bawahannya diberhentikan atas dasar masukan Loomer.

Dalam pertemuan itu, Loomer dilaporkan membawa sebuah map berisi dokumen yang menguraikan dugaan ketidakloyalan dari sekitar selusin staf. Nama Alex Wong, deputi utama Waltz, termasuk di dalamnya. Pertemuan krusial ini juga dihadiri oleh tokoh-tokoh penting lain seperti JD Vance, Kepala Staf Susie Wiles, Menteri Perdagangan Howard Lutnick, dan Mike Waltz sendiri. (Lanjut Baca Hal.2)

Menurut sumber tersebut, di antara pejabat yang dipecat adalah Brian Walsh, yang menjabat sebagai Direktur Senior untuk Intelijen dan sebelumnya bekerja untuk Marco Rubio (kini Menteri Luar Negeri) di komite intelijen Senat. Selain itu, Thomas Boodry, Direktur Senior Urusan Legislatif yang pernah menjadi direktur legislatif Waltz di Kongres, serta Maggie Dougherty, Direktur Senior untuk Organisasi Internasional, juga termasuk dalam daftar yang diberhentikan.

Meskipun pemecatan tersebut terkesan dilakukan secara acak, salah satu sumber menyatakan bahwa Gedung Putih sempat meninjau dan memverifikasi sebagian dari riset tandingan yang disodorkan Loomer. Hasilnya, ditemukan bukti bahwa salah satu pejabat NSC memang baru-baru ini mengkritik Trump di media sosial, dan beberapa lainnya memiliki hubungan dengan figur-figur mapan Partai Republik seperti mendiang Senator John McCain dan Senator Mitch McConnel, yang keduanya tidak disukai Trump.

Namun, Alex Wong, yang menjadi salah satu target utama serangan Loomer, tidak termasuk dalam daftar staf yang dipecat. Loomer sebelumnya telah menyerang Wong secara keras terkait pekerjaan istrinya, Candice, di Departemen Kehakiman yang menangani penuntutan terhadap para perusuh Capitol pada 6 Januari. Loomer bahkan secara terbuka menuduh Wong memiliki simpati terhadap Partai Komunis China.

Hingga berita ini diturunkan, Loomer belum memberikan tanggapan atas pertanyaan yang dikirim melalui pesan teks mengenai tuduhan spesifik terhadap para pejabat NSC yang menjadi sasarannya. Juru bicara NSC, Brian Hughes, juga tidak merespons permintaan komentar.

Serangan Loomer terhadap pejabat NSC ini menguat beberapa hari setelah insiden di mana Waltz secara tidak sengaja menambahkan seorang jurnalis dari The Atlantic ke dalam grup percakapan Signal. Di grup tersebut, Menteri Pertahanan Pete Hegseth sedang berbagi pembaruan mengenai serangan militer AS terhadap kelompok Houthi di Yaman.

Loomer lantas mengklaim, tanpa dasar, bahwa Wong dan pejabat karier NSC lainnya sengaja mencoba menyabotase Trump dengan menciptakan skandal. Ia menuduh Wong sengaja menambahkan pemimpin redaksi The Atlantic, Jeffrey Goldberg, ke dalam obrolan sensitif itu “sebagai bagian dari operasi asing untuk mempermalukan pemerintahan Trump atas nama China”. (Namun, The Guardian melaporkan bahwa kesimpulan internal akhir Gedung Putih adalah Waltz sendiri yang menambahkan Goldberg karena kesalahan.)

Loomer merupakan bagian dari kelompok sekutu Trump yang kerap meremehkan Waltz dan timnya, melabeli mereka sebagai “neokon” (singkatan dari neo-konservatif). Istilah ini digunakan secara peyoratif untuk mengkritik mereka karena dianggap terlalu agresif (hawkish) dan bersemangat memproyeksikan kekuatan militer AS di luar negeri, yang bertentangan dengan kebijakan luar negeri “America First” ala Trump.

Kampanye negatif secara daring terhadap Waltz dan timnya mencapai puncaknya pada hari Rabu ketika Loomer muncul di Gedung Putih untuk pertemuan tersebut.

Belum jelas bagaimana Loomer bisa mendapatkan akses masuk ke kompleks Gedung Putih, mengingat ia tidak memiliki “izin tetap” (hard pass) bahkan sebagai seorang reporter, sebuah isu yang sering ia keluhkan beberapa minggu terakhir.

Di Ruang Oval, Loomer duduk tepat di seberang Trump saat ia menyampaikan argumennya secara langsung agar orang-orang yang ia target segera dicopot. The New York Times melaporkan bahwa pada saat yang sama, anggota Kongres dari Partai Republik, Scott Perry, yang juga memiliki kekhawatiran sendiri mengenai staf di pemerintahan, sedang berusaha untuk bertemu dengan Trump.

Dampak situasi ini terhadap posisi Waltz masih belum sepenuhnya jelas. Pada hari Kamis, ia terlihat meninggalkan Gedung Putih bersama Trump menggunakan helikopter Marine One, yang bisa diartikan sebagai sinyal dukungan dari presiden. Minggu lalu, Trump juga menolak memecat Waltz terkait insiden grup Signal. Sumber menambahkan bahwa Waltz belakangan ini menunjukkan sikap lebih menghormati kepada Kepala Staf, Susie Wiles, sebagai upaya untuk mendapatkan dukungannya.

Namun, lawan politik Waltz menunjukkan bahwa ia selamat dari insiden grup Signal utamanya karena Trump tidak ingin memberikan “kemenangan” kepada media, bukan karena kepercayaan penuh pada Waltz. Sekutu utamanya juga dianggap adalah Senator Lindsey Graham, bukan jaringan sekutu kuat di dalam lingkaran inti Trump.(*/red)

Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA

Temukan Berita Terbaru: Google News

Berita Serupa