
Berita – Bantul, Yogyakarta, kembali diterpa musibah alam pada akhir Maret 2025. Bantul Yogyakarta diterjang banjir akibat hujan deras yang mengguyur sejak Jumat (28/3/2025), menyebabkan sejumlah wilayah terendam air. Sungai-sungai meluap, rumah-rumah kebanjiran, dan aktivitas warga terganggu. Berdasarkan data terbaru, banjir ini juga memicu longsor kecil di beberapa titik. Artikel ini akan mengulas fakta terkini, dampak, serta respons masyarakat dan pemerintah terhadap bencana ini.
Hujan ekstrem yang turun sejak pagi hari Jumat memicu luapan Sungai Celeng di wilayah Imogiri, Bantul. Menurut laporan dari detik.com pada 29 Maret 2025, puluhan rumah di Imogiri terendam air dengan ketinggian mencapai 60 sentimeter. Kondisi ini diperparah oleh embung Wukirsari yang sudah tidak mampu menampung volume air hujan. Banjir juga merambat ke wilayah lain seperti Pajangan, Segoroyoso, dan Bawuran, meskipun di beberapa lokasi air mulai surut pada Sabtu pagi (29/3/2025).
Panewu (Camat) Imogiri, Slamet Santosa, mengungkapkan kepada wartawan, “Sekitar 20 rumah tergenang air, lalu ada 3 sampai 4 rumah yang terdampak material longsoran.” Ia menambahkan bahwa Polsek Imogiri pun tak luput dari genangan akibat meluapnya Sungai Celeng. Hujan deras yang berkepanjangan menjadi penyebab utama, ditambah kontur tanah rendah di beberapa wilayah yang memudahkan air menggenang.
Banjir kali ini meninggalkan jejak kerusakan yang cukup signifikan. Berikut adalah dampak utama yang dilaporkan hingga Sabtu siang, 29 Maret 2025:
Seorang warga Imogiri, Siti Aminah, berkata dengan nada pasrah, “Sudah biasa banjir kalau hujan deras begini, tapi kali ini lebih parah. Air masuk sampai ke dapur, barang-barang pada basah.” Cerita serupa juga diungkapkan warga lain melalui postingan di X, yang menyebut mobil terseret arus di Nogosari, Wukirsari.
Pemerintah setempat langsung bergerak cepat karena Bantul Yogyakarta diterjang Banjir. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul bersama Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Wukirsari telah dikerahkan untuk membantu evakuasi dan penanganan darurat. Ditpolairud Polda DIY juga turun tangan memberikan bantuan. Slamet Santosa menyatakan, “FPRB sudah bergerak, kami upayakan banjir segera surut dan warga bisa kembali normal.”
BPBD Bantul sendiri telah mengaktifkan 75 pos pantau banjir dan longsor sejak 27 Maret 2025, seperti dilansir ANTARA News. Komandan Pusdalops BPBD Bantul, Aka Luk Luk Firmansyah, mengatakan, “Kami waspadai cuaca ekstrem di peralihan musim ini. Hujan lebat disertai angin kencang berpotensi terus terjadi hingga April.” Langkah ini menunjukkan kesiapsiagaan menghadapi bencana di tengah perubahan iklim yang makin tak terduga.
Di sisi masyarakat, gotong royong menjadi pemandangan umum. Warga bahu-membahu membersihkan saluran air dan mengangkut barang dari rumah yang terendam. “Semoga cepat surut banjirnya,” tulis @PafaRoTTe di X, mencerminkan harapan banyak orang.
Banjir di Bantul juga menjadi topik hangat di platform X. Postingan dari @Harian_Jogja menyebut, “Hujan deras bikin Bantul, Gunungkidul, dan Kulonprogo alami banjir hingga tanah longsor.” Sementara itu, @JackStand18 menulis, “Lagi-lagi musibah datang mendera rakyat. Kali ini banjir cukup besar di Bantul.” Sentimen netizen bercampur antara keprihatinan dan doa agar situasi segera membaik.
Data dari X juga menunjukkan video mobil terseret arus banjir di Nogosari viral, memperlihatkan betapa seriusnya situasi. Hal ini mengingatkan kita bahwa bencana alam kini tak hanya jadi berita, tetapi juga pengalaman yang dibagikan secara real-time oleh warga.
Hujan deras memang menjadi pemicu utama, tapi ada faktor lain yang memperparah banjir di Bantul. Drainase yang buruk, pembangunan di daerah resapan air, dan perubahan iklim menjadi sorotan. Embung Wukirsari yang penuh menandakan perlunya perawatan infrastruktur pengendali banjir. Slamet Santosa mengakui, “Kontur rendah dan hujan ekstrem jadi kombinasi sulit dihindari.”
Ke depan, tantangan besar bagi Bantul adalah meningkatkan sistem pengelolaan air dan edukasi masyarakat soal mitigasi bencana. Cuaca ekstrem diperkirakan masih berlangsung hingga April 2025, sesuai peringatan BPBD DIY yang menetapkan status siaga darurat hingga 8 April.
Meski banjir meninggalkan duka, semangat warga Bantul tak padam. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini menjadi berkah tersendiri. “Kami bersyukur semua selamat, sekarang tinggal bersih-bersih dan berharap hujan reda,” ujar seorang warga Bawuran kepada CNN Indonesia.
Banjir di Bantul, Yogyakarta, pada Maret 2025 ini adalah pengingat bahwa alam tak bisa diprediksi sepenuhnya. Diperlukan kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan kesadaran kolektif untuk menghadapi tantangan serupa di masa depan. Semoga bantuan segera sampai dan banjir ini menjadi yang terakhir dalam waktu dekat. Warga Bantul pantas mendapat ketenangan setelah diterjang bencana yang tak terduga ini.
Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA
Temukan Berita Terbaru: Google News