
Kota Bekasi kembali menjadi perbincangan hangat pada awal Maret 2025 setelah banjir besar melanda wilayah ini. Dampaknya signifikan bagi ribuan warga yang terdampak. Walikota Bekasi, Tri Adhianto, yang baru dilantik pada 20 Februari 2025 oleh Presiden Prabowo Subianto, langsung berada di bawah tekanan publik untuk menangani bencana ini.
Banjir ini disebut sebagai salah satu yang terparah dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan, tidak hanya permukiman yang terendam, tetapi juga fasilitas umum seperti Kantor Walikota Bekasi dan Stasiun Bekasi. Situasi makin memanas ketika muncul kabar bahwa istri Tri Adhianto, Wiwiek Widayati, memilih menginap di hotel untuk menghindari banjir. Sementara itu, warga berjuang di tengah genangan air.
Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi, ketinggian muka air Kali Bekasi mencapai 875 cm pada Selasa pagi, 4 Maret 2025. Angka ini jauh melampaui batas normal 350 cm. Beberapa wilayah yang biasanya aman pun ikut terdampak.
Tri Adhianto turun langsung ke lapangan untuk memantau evakuasi. Ia menyatakan bahwa pemerintah kota telah mengerahkan semua sumber daya yang tersedia. Termasuk di antaranya pompa air tambahan dari provinsi serta bantuan logistik bagi warga terdampak.
Namun, langkah tersebut belum cukup untuk meredam amarah publik. Apalagi setelah isu istri Walikota Bekasi yang menginap di hotel mencuat di media sosial. Banyak warga yang merasa kecewa dengan tindakan tersebut karena dinilai tidak menunjukkan empati terhadap rakyatnya.
Tri Adhianto sebelumnya menjabat sebagai Wakil Walikota dan Pelaksana Tugas (Plt) Walikota Bekasi setelah kasus korupsi Rahmat Effendi. Pelantikannya sebagai pemimpin baru Kota Bekasi diharapkan membawa perubahan yang lebih baik. Namun, banjir ini menjadi ujian awal bagi kepemimpinannya.
Hingga 5 Maret 2025, belum ada klarifikasi resmi dari Walikota Bekasi atau keluarganya mengenai kabar istrinya yang menginap di hotel. Hal ini semakin memperkeruh opini publik terhadap kepemimpinannya.
Di tengah kritik tajam, masih ada harapan bahwa Tri Adhianto dapat membuktikan kepemimpinannya. Warga berharap adanya perubahan nyata, terutama dalam pengelolaan banjir dan infrastruktur kota.
Sejumlah aspirasi masyarakat yang disampaikan melalui media sosial:
Banjir ini bukan hanya soal genangan air yang tinggi, tetapi juga masalah kepemimpinan dan kepercayaan publik. Jika Walikota Bekasi tidak segera bertindak dengan solusi konkret, citranya bisa semakin merosot di mata warga.
Saat ini, tindakan nyata sangat dibutuhkan untuk mengatasi dampak banjir dan mencegah kejadian serupa di masa mendatang. Beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh Walikota Bekasi adalah:
Selain langkah-langkah teknis, Walikota Bekasi juga perlu meningkatkan komunikasi dengan masyarakat. Menyampaikan informasi secara transparan dan cepat dapat membantu membangun kembali kepercayaan warga. Jika pemerintah terbuka mengenai tantangan yang dihadapi dan solusi yang sedang diupayakan, masyarakat akan lebih memahami situasi dan berpotensi lebih mendukung langkah-langkah yang diambil.
Jika Tri Adhianto ingin mendapatkan kembali kepercayaan warga, ia harus membuktikan bahwa kepemimpinannya mampu memberikan solusi nyata. Bukan hanya sekadar janji politik tanpa realisasi yang konkret..
Banjir besar di Kota Bekasi pada Maret 2025 menjadi tantangan besar bagi Walikota Bekasi, Tri Adhianto. Publik menyoroti respons pemerintah yang dianggap kurang sigap dalam menangani situasi ini. Selain itu, kabar mengenai istri Walikota Bekasi yang menginap di hotel semakin memicu kontroversi.
Harapan warga kini tertuju pada kebijakan nyata yang bisa mengatasi masalah banjir di Bekasi. Jika tidak ada tindakan konkret, maka kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan Tri Adhianto bisa semakin menurun. Saatnya bagi Walikota Bekasi untuk membuktikan bahwa ia layak memimpin kota ini menuju perubahan yang lebih baik.
Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA
Temukan Berita Terbaru: Google News