
Hujan deras sejak Senin malam (3/3/2025) membuat Bekasi kembali lumpuh akibat banjir besar. Luapan Kali Bekasi merendam ribuan rumah, menyebabkan kemacetan, dan memaksa banyak warga mengungsi. Situasi ini bukan kali pertama terjadi. Bekasi banjir seolah menjadi siklus tahunan yang tak kunjung mendapat solusi konkret.
Kondisi banjir di Bekasi kali ini terbilang parah. Di Kelurahan Teluk Pucung, air mencapai 110 cm, menenggelamkan pemukiman di RT 06/RW 02. Sekitar 600 warga terdampak, dengan banyak yang terpaksa meninggalkan rumah. Perumahan Villa Nusa Indah bahkan mengalami ketinggian air hingga 2 meter akibat tanggul jebol. Warga yang tak sempat mengungsi harus bertahan di lantai dua rumah mereka.
Di wilayah lain, seperti Kalimalang, jalan utama lumpuh total akibat genangan air. Kemacetan parah terjadi, memperparah dampak ekonomi bagi masyarakat. Aktivitas harian terganggu, sekolah diliburkan, dan banyak pekerja tidak bisa berangkat ke kantor.
BPBD Kota Bekasi telah menurunkan tim evakuasi, namun hujan yang masih berlanjut dalam dua hari ke depan meningkatkan risiko banjir susulan. Banyak warga memilih bertahan di rumah dengan pasokan makanan yang semakin menipis. Kondisi ini mengkhawatirkan, terutama bagi lansia, anak-anak, dan mereka yang sakit.
Bekasi banjir bukan sekadar peristiwa alam biasa. Ada beberapa faktor utama yang menyebabkan bencana ini terus berulang:
Berdasarkan peristiwa banjir sebelumnya, dampak yang terjadi selalu signifikan. Pada Februari 2023, BPBD Kabupaten Bekasi mencatat 43 titik banjir dengan ketinggian 20 cm hingga 1 meter, memengaruhi sekitar 2.500 kepala keluarga. Tahun 2024, banjir di Bekasi Selatan, Jatiasih, dan Pondok Gede merendam 500 KK.
Saat ini, ratusan rumah di Bekasi Utara, termasuk Villa Nusa Indah, kembali terendam. Ribuan warga terdampak, banyak yang kehilangan barang berharga, dan kerusakan infrastruktur meningkat. Tidak hanya rumah, kendaraan juga rusak, menyebabkan kerugian ekonomi yang besar.
Selain itu, hewan ternak warga pun ikut terdampak. Di beberapa daerah, sapi-sapi terlihat terendam hingga leher. Hal ini memicu kekhawatiran akan dampak ekonomi lebih luas, terutama bagi peternak kecil yang mengandalkan hewan ternak sebagai mata pencaharian utama.
Bekasi memang dikenal sebagai daerah langganan banjir. Letaknya yang berada di pertemuan Kali Cikeas dan Kali Cileungsi menjadi faktor utama. Selain itu, buruknya drainase dan kurangnya mitigasi memperparah situasi. Jika tidak ada perubahan nyata, Bekasi banjir akan terus terjadi setiap tahun.
Setiap kali Bekasi banjir, warga selalu mengalami kerugian besar. Beberapa dampak yang paling dirasakan meliputi:
Tim gabungan dari BPBD, TNI, Polri, dan relawan telah diterjunkan untuk membantu evakuasi dan mendistribusikan bantuan logistik. Namun, banyak warga merasa tindakan ini hanya solusi jangka pendek. Setiap tahun Bekasi banjir, namun solusi permanen tak kunjung ada.
Di media sosial, banyak yang mengungkapkan kekesalan mereka. Warga meminta pemerintah untuk segera memperbaiki sistem drainase dan melakukan normalisasi sungai. Jika tidak, Bekasi banjir akan terus menjadi mimpi buruk yang tak berkesudahan.
Sementara warga berjuang bertahan dan membersihkan sisa-sisa banjir, doa dan dukungan mengalir dari berbagai pihak untuk keselamatan serta ketabahan mereka yang terdampak. “Pray for Bekasi,” tulis sebuah akun di X, mewakili sentimen solidaritas yang kini menyebar luas..
Pemerintah Kota Bekasi sebelumnya telah berjanji membentuk tim tanggap bencana di setiap kecamatan. Namun, implementasi kebijakan ini masih jauh dari harapan. Warga ingin kepastian bahwa mereka tidak akan terus-menerus menjadi korban bencana yang seharusnya bisa dicegah.
Agar banjir tidak terus berulang, beberapa tindakan mendesak perlu segera dilakukan:
Hingga saat ini, air di beberapa titik mulai surut, tetapi ancaman hujan susulan masih tinggi. Warga masih dalam kondisi waspada, khawatir jika banjir kembali naik dalam waktu dekat.
Situasi ini menjadi pengingat bahwa Bekasi banjir bukan sekadar fenomena alam, tetapi juga dampak dari kurangnya perhatian terhadap pengelolaan lingkungan dan infrastruktur kota. Jika tidak ada perubahan besar, banjir akan terus terjadi, merugikan masyarakat dan menghambat perkembangan kota.
Bekasi butuh tindakan nyata, bukan sekadar janji. Warga sudah terlalu sering menjadi korban. Saatnya pemerintah mengambil langkah serius agar Bekasi banjir tidak lagi menjadi berita tahunan yang terus terulang.
Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA
Temukan Berita Terbaru: Google News