JEMBER, Pelitaonline.co – Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang ternak Sapi di Jawa Timur menjadi atensi banyak pihak. Bahkan, Menteri Pertanian Republik Indonesia telah menetapkan status pandemi khusus daerah “Bang Wetan” ini.
Namun, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jember sepertinya belum siap mengatasi penyakit ternak tersebut baik dari segi petugas maupun obat. Mengingat insiden ini baru pertama terjadi.
“Petugas kita hanya 95 orang di lapangan, kalau misalnya Jember. Mudah-mudahan tidak terjadi. Kalau ada terjadi 20 ribu kasus jasa, dari 270 ribu dari ternak yang ada, bagaimana?, kita nggak mampu,” ujar Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jember Sugiarto saat Rapat Dengar Pendapat di ruang Komisi B DPRD, Rabu kemarin (18/5/2022)
Menurutnya, wabah ini merupakan hal baru, sehingga, pihaknya perlu belajar mengatasinya. Oleh karena itu, dari beberapa kasus yang masih sedikit tersebut, segera diatasi. “Mumpung masih sedikit, kita sembuhkan, kita kembalikan pada kondisi semula. Harapan kami seperti itu,” kata Sugiarto.
Sugiarto menerangkan, dokter yang ada di Dinas Peternakan Jember dan memiliki Standart Pelayanan serta sudah memegang Surat Keterangan Kesehatan Hewan masih Satu orang. “Dokter Hewan yang di tunjuk oleh Provinsi, hanya satu orang yakni dokter Welas,” sebutnya.
Oleh karena itu, Sugiarto ingin semua pihak bisa memahami kondisi tersebut. Sehingga tidak perlu saling menyalahkan. Karena Wabah PMK ternak ini baru pertama kali terjadi.
“Kasus ini adalah masalah kita bersama, makanya harus saling membantu, bukan saling menyalahkan, kami juga tidak ingin ini terjadi. Tetapi, kami hanya ingin masalah ini segera terselesaikan,” tutur Sugiarto.
Menanggapi hal tersebut, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jember Komisi B Nyoman Aribowo mengatakan, paling tidak pemkab melakukan pencegahan sejak dini. Sebelum PMK memborbardir kesehatan ternak di Kabupaten Jember.
“Minimal pencegahan itu, dengan menyemprotkan cairan disinfektan di kandang ternak, termasuk mobilitas petugas juga harus berpakaian yang aman dan bersih,” tanggapnya.
Mengingat PMK bukan masalah kecil, kata Nyoman, justru hal ini adalah persoalan besar. Sehingga harus di cegah sejak dini, sebelum kasusnya terjadi di Jember.
“Inikan permainan lapangan, jadi secara makronya harus dilakukan pencegahan segera, karena saya sendiri juga merasakan terdampak nya.” Tandasnya. (Awi/Yud)