JEMBER, Pelitaonline.co – Didampingi sang istri Zaim Fidah -meski belum tiba waktu reses- Pria yang karib disapa Bang Pur tetap turun langsung, berkumpul bersama para Pegiat Kebencanaan di WK Kafe di Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember, Sabtu (29/01/2022).
Acara ngopi bareng Bang Pur dengan Pahad Ambulu tersebut berlangsung dalam suasana penuh kehangatan. Ditemani secangkir kopi dan makanan ringan, sambil berbincang santai tentang menggiatkan literasi kebencanaan.
“Bang Pur ini, sahabat lama saya dan bahkan sudah seperti saudara. Tapi kita sama-sama sibuk, saya sering mondar mandir ke luar kota, baru sekarang bisa bertemu, setelah 6 tahun,” ujar Wasis Sasmito mengawali pembicaraan.
Wasis menambahkan, Ia sangat merakyat, friendly dan tanggap terhadap aspirasi sedang berkembang, tentunya yang menjadi kebutuhan masyarakat.
Terlihat, peserta yang hadir nampak antusias dan bersemangat. Salah satunya Arif Uung yang berbagi pengalaman terkait pembentukan Desa Tangguh Bencana (Destana).
“Pemahaman tentang manajemen resiko bencana berbasis masyarakat (Community Based Disarter Risk Management) harus menjadi paradigma bersama,” ungkapnya.
Sementara Bang Pur berpandangan literasi tentang bencana sangatlah penting. Sebab bisa difungsikan, sebagai bahan pertimbangan baik bagi Pemerintah Daerah ketika menentukan Rencana Tata Ruang Wilayah (RT RW), termasuk pengembang kawasan perusahaan, atau kepentingan lain.
“Sehingga, rencana pembangunan di suatu daerah tidak menyebabkan bencana. Penting pula dipahami akan potensi bencana di wilayah masing-masing, bagaimana membangun sistem mitigasi bencana,” jelasnya
Alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Jember ini menegaskan, terkait program pemerintah sebenarnya sudah relatif banyak secara konseptual. Hanya saja pelaksanaan wacana bencana, belum menjadi habitat yang mentradisi di masyarakat.
“Karena memang Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bekerja sama dengan Kemendikbud RI sudah membuat konsep Sekolah Siaga Bencana (SSB),” terangnya
Perlu diketahui, kata Bang Pur, di Tahun 2010 pemerintah sempat mengkampanyekan Sekolah Aman Bencana, bahkan Kemeterian Sosial (Kemensos ) RI melalui Peraturan Pemerintah (PP) No.28 tahun 2011 sudah mengeluarkan kebijakan Kampung Siaga Bencana (KSB).
“Program itu dinilai belum berhasil membangun kesadaran massif masyarakat dalam literasi bencana. Padahal itu semua harus menjadi semacam pengarusutamaan, dilakukan secara terus menerus,” Jlentrehnya
Bang Pur menilai seharusnya, wacana bencanaan jangan hanya program jangka pendek, yang hanya sekedar membuat modul maupun bimbingan teknis semata. Tetapi harus di buat komunitas kebencanaan.
“Semisal pojok literasi kebencanaan.Saya sangat konsen terkait literasi bencana. Siap memfasilitasi, menjadi jembatan penghubung antar pemangku kepentingan,”
” Secara berkala dan berkesinambungan kita bersama menggiatkan literasi kebencanaan. “Jadikan Jember sebagai Pusat Literasi Bencana.” Pungkasnya. (Awi/Yud)