
JEMBER, Pelitaonline.co – Terhitung mulai hari Kamis 2 Agustus 2021, Kasi Humas Polres Bondowoso yang baru diisi oleh Ipda Bobi Dwi Siswanto menggantikan Iptu Didik Waluyo.
“Ya, ini sampaikan pada teman-teman wartawan lainnya,” kata Bobi kepada awak media yang menemuinya di Mapolres Bondowoso.
Terkait hubungannya dengan insan pers yang ada di Kabupaten Bondowoso, Bobi akan memperkuatnya lagi sesuai dengan tupoksinya. Menurutnya, media massa sangat diperlukan untuk penyebaran informasi penegakan hukum kepada masyarakat.
“Intinya tetap kita rangkul untuk bantu pihak Polres menyebarkan informasi kepada masyarakat. Wartawan itu patner kita, kan? Makanya di bentuk Pokja itu, kan?” tutur dia.
Pentingnya berhubungan dengan wartawan, lanjut Bobi, bisa memudahkan pihak kepolisan dalam penyebaran informasi. “Kalau kita gak rangkul wartawan, susah juga untuk menyebarkan informasi itu. Benar, kan?,” tegasnya.
𝘽𝙤by 𝙧𝙚𝙢𝙖𝙟𝙖 𝙩𝙚𝙧𝙥𝙖𝙠𝙨𝙖 𝙠𝙚𝙧𝙟𝙖 𝙨𝙚𝙧𝙖𝙗𝙪𝙩𝙖𝙣
Bobi Dwi Siswanto terlahir di Kabupaten Jember pada tanggal 24 Oktober 1974. Ayahnya (almarhum) waktu itu adalah seorang tentara. Sedangkan ibunya sebagai Ibu Rumah Tangga. Sejak tahun 1990, saat dia memasuki kelas 1 di SMAN 03 Jember , ayahnya sudah mulai memasuki masa pensiunnya.
“Saya ini dulu anaknya orang miskin. Meski bapak saya tentara, tapi waktu itu gajinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Saat kelas 1 SMA (Tahun 1990), bapak saya sudah pensiun,” cerita Bobi kepada wartawan di Kantin Mapolres mengenang masa lalunya.
Waktu memasuki pensiunnya, tutur Bobi, ayahnya masih belum mendapatkan gaji pensiunan selama 1 tahun. Untuk menopang biaya hidup keluarga dan pendidikannya si Bobi, maka, Ayahnya harus bekerja menjadi satpam.
“Saya anak kedua dari tiga bersaudara. Jadi, sejak kelas 1 SMA bapak saya tak mampu belikan seragam sekolah baru. Seragam sekolah yang saya pakai waktu itu, selalu ‘warisan’ dari kakak saya,” ucapnya terdengar dengan nada berat.
Meski dia anak orang miskin, namun kemampuan akademiknya di atas rata-rata. Usai lulus SMAN 03 Jember, ia bisa diterima di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), walaupun tak sampai lulus.
Pasca Drop Out (DO) dari STAN, Bobi harus membantu ekonomi keluarganya. Bobi, tak boleh berleha-leha seperti teman sebayanya yang ekonomi keluarganya mampu. Karena itu, dia berusaha keras untuk mendapatkan pekerjaan.
“Waktu itu, saya pernah melamar kerja ke Mall Matahari Jember, tetapi, ditolak!” kenang Bobi.
Meski ditolak, namun dia tak berputus asa untuk mendapatkan penghasilan. Profesi sebagai penjual jagung manis dan pelayan toko pun ia jalani. “Saya juga pernah berjualan jagung manis. Dan pernah menjadi pelayan toko sekaligus pembantu rumah tangga di Pasuruan. Gaji saya waktu itu 30 ribu per bulan,” tutur dia bernostalgia.
Tahun 1995 Boby menjadi polisi
Di tahun 1994-1995 sudah 3 kali ia melamar menjadi polisi, namun baru ke-4 kalinya ia diterima.
“Nah, ngelamar lagi tahun 1995, baru diterima. Itupun gak menyangka, termasuk dari orang tua. Karena saya disangoni (diberi uang saku) hanya untuk transport PP dan makan sekali,” terang Bobi.
Bobi membeberkan, saat menjalani tes pendidikan di Polda Surabaya yang kedua, ia dinyatakan lolos. Namun, sampai benar-benar dinyatakan lulus, ia harus menjalani rangkaian tahapan sembilan bulan lamanya. Lantaran uang sakunya tak mencukupi, ia pun harus bertahan hidup sedemikian rupa.
“Selama sembilan bulan itu saya hidup mbambung (tidak ada hunian). Tidur di poskamling dan di masjid. Sampai akhirnya saya diajak numpang di rumah teman. Di sana saya dikasih makan dan tempat tinggal gratis,” ungkapnya.
Dia tahu diri dan menyadari , bahwa ia tidak boleh enak-enakan menumpang gratis di rumah orang. Karena itu, Ia pun harus menggantinya dengan sikap rajin bersihkan rumah.
“Bangun pagi, nyapu, ngepel, bersih-bersih rumah, cuci piring dan sebagainya. Wong saya di sana numpang. Makan dan tinggal gratis, ya saya harus tahu diri lah,” ungkapnya.
Akhirnya, ia pun resmi diterima sebagai seorang polisi di tahun 1995. Bobi bercerita, awal kalinya ia bertugas, ditempatkan Polwil Madiun, lalu kemudian berganti-ganti lagi ke-kota lainnya.
“Penempatan awal Polwil Madiun dulu tahun 1995. Terus di Polresta Madiun, Brimob Polda Jatim Kompi Porong, Kompi Malang, Kompi Bondowoso dan sekarang di Polres Bondowoso,” bebernya. (Ful/Yud)
Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA
Temukan Berita Terbaru: Google News