Iklan Floating Google AdSense (Diperbaiki)
×

Modal dan Pemasaran Menjadi Persoalan UMKM Batik Tulis Ledokombo

Produk Batik Tulis Desa Slateng (foto: Yudi)

JEMBER, Pelitaonline.coGuna memberdayakan UMKM batik tulis Ledokombo Mahasiswa Prodi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IP-FISIP) UNMUH Jember menggelar FGD (Focus Group Discussion) di Kantor Desa Slateng Kecamatan Ledokombo.

Kegiatan itu diselenggarakan, setelah sebelumnya lima mahasiswa dari IP-FISIP yakni Yana, Erra, Mitha, Fikri dan Aditya, melakukan mapping di desa setempat dan hasilnya ditemukan ketidakberdayaan UMKM Batik tulis, dalam permodalan dan pemasarannya.

“Oleh karena itu, perlu adanya kolaborasi antara pemerintah desa Slateng, pihak swasta dan pelaku UMKM Batik Tulis. Nah, adanya FGD ini, diharapkan menghasilkan rekomendasi yang solutif dalam mengatasi permodalan dan pemasaran,” sebut Yana, Kamis (15/7/2021).

Sedangkan Kaprodi IP-FISIP UNMUH Jember, Itok Wicaksono MSi, menjelaskan bahwa FGD yang digelar mahasiswa itu dimaksudkan, agar terjadi kolaborasi, antara pihak swasta dengan pemerintah desa untuk memberdayakan UMKM.

“Kenapa teman-teman mahasiswa ini menghadirkan pihak swasta yang diwakili oleh Tanoker. Karena mereka ini secara manajemen sudah lebih bagus, untuk memasarkan batik Khokho,” ujar Itok.

Sementara itu, pihak Pemerintahan Kecamatan Ledokombo melalui Kasi Pemberdayaan Masyarakat dan Kesejahteraan Sosial (PMKS) Firman Jaya, mengapresiasi kegiatan FGD Kolaboratif yang digelar mahasiswa IP FISIP UM Jember, karena itu sudah sesuai dengan visi-misi Bupati Jember, Hendy Siswanto.

“Ini wujud implementasi dari visi misi Bupati Jember, bahwa kita sungguh-sungguh menjalankan kolaborasi dan akselerasi untuk kesejahteraan masyarakat,” kata Firman.

Harapannya tambah Firman, adanya FGD ini bisa membangun konsep dan menghasilkan rekomendasi pemasaran batik tulis dan pemberdayaan kaum perempuan di Desa Slateng ini.

Hal senada dikatakan Pj Kepala Desa Slateng Samsuri, kesetujuannya dengan program tata kolaboratif di Desanya. Dia mengatakan, walau sekarang sebatas Pejabat sementara,.tetapi akan mengupayakan memberikan perlindungan dan pemberdayaan untuk UMKM.

“Walaupun saya hanya pejabat sementara, bukan Kades Definitif, tetapi akan saya upayakan untuk memberi perlindungan agar usaha UMKM di sini menjadi lancar,” ucapnya.

Terkait permasalahan permodalan kata Samsuri, kemungkinan tahun anggaran depan akan direncanakan untuk, mengalokasikannya pada pemberdayaan UMKM yang ada di Desa Slateng. Sebab ABPDES tahun ini sudah berjalan.

Sutopo yang mewakili pihak Tanoker devisi usaha Tanocraf dalam sesi diskusi tersebut memaparkan beberapa pengalaman dan kendala-kendala yang dihadapi selama melakukan kolaborasi dengan 7 titik lokasi binaannya.

“Jadi ada 7 titik yang telah kami kolaboratif, ada Tanoker, ada Pasar Lumpur, Sokolayang, Sekolah Ibu-Ibu dan Bapak Sumber Salak, Batik Khokho, Kacang Bendo, dan Kopi. Jadi banyak sekali manfaat sosial dan ekonominya,” tuturnya.

Sedangkan, kendala-kendala yang dihadapi sambung Sutopo yakni yang pertama pada mindset (pemikiran) masyarakat yang terburu mendapatkan hasil usaha yang cepat. Kendala kedua terkait perijinan usaha rumah tangga.

Pada kesempatan yang sama, harapan pelaku UMKM Batik Tulis Khokho, M. Khotib pada pemerintah desa atas kendala yang dihadapi selama ini yaitu kendala alat dan permodalan.

“Harapan saya kepada pemerintah desa, bagaimana hambatan kami dalam usaha batik tulis ini yang alatnya kurang memadai, dan pemasarannya supaya dibantu,” harap Khotib. (Awi/Yud)

Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA

Temukan Berita Terbaru: Google News

Berita Serupa