
JEMBER, Pelitaonline.co – Teori ‘Tata Kelola Pemerintahan Kolaboratif’ merupakan paradigma baru dalam menjalankan pemerintahan daerah yang sesuai kebutuhan zaman.
Namun, teori ini berpandangan bahwa pembangunan daerah kekinian harus selalu melibatkan masyarakat dan pihak swasta dalam proses perencanaan programnya secara matang, terukur, dan sistematis.
“Oleh sebab itu, diperlukan koordinasi antar 3 pilar dalam proses pembangunan, sehingga menghasilkan pembangunan yang dapat dilaksanakan secara kolaboratif,
Demikian dikatakan Bahtiawan Nusanto, MSi, Dosen Ilmu Pemerintahan FISIP Unmuh Jember saat menerangkan pada media kami tentang prinsip teori tata kelola pemerintahan kolaboratif.
Menurutnya, teori baru ini tidak boleh menjadi ‘pepesan kosong’, tetapi harus dipraksiskan (direalisasikan) oleh para mahasiswa Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP Unmuh Jember, agar tata kelola pemerintahan desa di Kabupaten Jember menjadi lebih baik.
“Untuk itu, Program Studi (Prodi) Ilmu Pemerintahan FISIP Unmuh Jember ini menerjunkan puluhan mahasiswanya di- Kecamatan Sumberjambe, Ledokombo, dan kecamatan Sukowono, untuk belajar langsung di lapangan tentang praksis pemerintahan kolaboratif,” terangnya.
“Program Ini adalah Praktek Kerja MBKM ( Merdeka Belajar Kampus Merdeka), Semester depan ada program yang merupakan kelanjutan adalah KKN Tematik juga bagian dari bentuk kegiatan MBKM,” Tambahnya
Program inovatif ini pun lanjut Bahtiawan, telah memakan waktu 5 bulanan. Banyak manfaat yang telah dirasakan oleh 15 orang-an mahasiswa selama menjalaninya daripada sekedar belajar teori di dalam kelas.
Yana 21 tahun, seorang mahasiswi Ilmu Pemerintahan (IP) yang PKT-nya ditempatkan di Kecamatan Ledokombo mengungkapkan, bahwa, program PKT ini baginya merupakan persiapan diri untuk masuk ke dunia kerja nanti.
“Selain memang ada kebijakan menteri pendidikan, satu semester untuk praktik lapangan, saya menilai program PKT ini sangat baik untuk melatih saya berpengalaman melalui praktek kerja di kantor kecamatan sesuai dengan jurusan ilmu pemerintahan yang telah saya pilih,” ucap Yana mahasiswa asal Sulawesi selatan ini.
Kegiatan sehari-hari Yana bersama Aditya, Era, Fikri dan Mita lebih banyak dilakukan di Kantor Kecamatan Ledokombo. Mulai senin sampai jum`at mereka membagi dirinya ke dalam bidang pelayanan, Bidang PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) dan bidang pemerintahan. Adapun tujuan aktifitas tersebut untuk mengukur kinerja pemerintah kecamatan dan sekaligu menimba ilmu baru.
“Kegiatan kami membantu secara administrative kegiatan pelayanan, PMKS dan pemerintahan. Dari situ kami banyak belajar dan menjadi paham bagaimana proses pemerintahan dijalankan. Selain itu, kami juga melakukan pengukuran kinerja pemerintah kecamatan dengan beberapa indikator. Untuk kecamatan Ledokombo mendapat nilai 85. Itu berarti nilai kinerjanya kategori baik,” ungkap Mitha.
Pengalaman hampir sama dirasakan oleh Okta, Roy dan Nira di Kecamatan Sukowono. Bagi mereka, program unggulan Prodi-IP FISIPOL ini membawa pengalaman baru dan pengetahuan baru yang sangat menyenangkan.
“Kami bisa jadi paham bagaimana praktik pelayanan, PMKS, kepemerintahan. Isitilahnya, kami di sini menyelam sambil minum air. Intinya, banyak pengalaman menyenangkan di sini. Tetapi, ada juga sedihnya ketika berhadapan dengan masyarakat desa yang maunya sendiri,” tutur Nira yang diamini oleh Okta dan Roy.
Selain mematangkan diri dalam bidang pelayanan, PMKS dan pemerintahan, tujuan awal mereka mempraksiskan teori tata kelola pemerintahan kolaboratif pun tidak dilupakannya.
“Ya, selain berada di Kantor Kecamatan, kami juga sering turun ke desa untuk me-mapping potensi desa, mengidentifikasi persoalan koloborasi desa, melakukan pendampingan UMKM, mencari pihak swasta yang mau berkolaborasi dan pendekatan pada pemerintahan desa supaya memiliki program-program yang inovatif-kreatif,” kata Okta menimpali Nira.
Dari hasil mapping potensi desa yang dilaksanakan mahasiswa tersebut, ditemukan banyak produk-produk kreatif UMKM Desa di wilayah Kecamatan Ledokombo, Sumberjambe dan Sukowono. Diantaranya ada produk Sandal Bakiak di desa Sido Gidri, produk manik-manik dan batik tulis di Desa Slaten, Produk pande besi di Desa Sukosari, dan lain lain.
Misalnya, di Desa Rowo Sari Kecamatan Sumberjambe hasil mapping potensinya 5 orang mahasiswa itu menunjukkan bahwa, potensi desa di sana sangat luar biasa. Kolaborasi ekonomi desa antara pemerintah desa, pihak swasta dan masyarakat sangat prospektif untuk dijalankan.
Adapun program unggulan desa di sana yakni, ‘Desa Wisata’ dengan daya tarik panorama alam berupa air terjun tujuh bidadari yang indah, beserta perkebunan durian yang berlimpah. Selain itu pula ada home industri yang produknya sangat unik dan jarang ditemukan di desa lainnya.
“Saya kira itu produk sandal satu-satunya di Kabupaten Jember. Terhadap kerajinan sandal yang sangat unik itu, kami berencana memfasilitasi perijinan pendirian UMKM-nya, dan mencoba menyambungkan dengan program desa wisata Desa Rowo Sari sebagai oleh-oleh para wisatawan yang datang. Selain itu, bagaimana produk sandal unik yang diminati para santri itu bisa tersebar luar pemasarannya secara on-line,” tutur Shinta dengan nada optimis.
Mengenai implementasi program PKT di tiga kecamatan yang telah dijalani oleh mahasiswa IP-FISIPOL Unmuh di atas, menurut Bahtiawan Nusanto MSi, sudah sesuai dengan ekspektasi pihak kampus. Harapannya, para mahasiswa tersebut tidak sekedar belajar teori saja di dalam kelas, tatapi belajar langsung di lapangan bagaimana tata kelola pemerintahan kolaboratif itu diterapkan.
“Dalam program ini mahasiswa dituntut untuk membuktikan teori itu bisa dipraktikkan dengan benar. Mahasiswa dituntut cerdas menghadapi situasi dan kondisi yang tidak mereka kira sebelumnya. Oh, di Lapangan itu kayak gini, di institusi pemerintahan itu kayak gini dan di masyarakat itu kayak gitu. Nah, bagaimana antara gap teori dan kenyataan sosial itu bisa diselaraskan oleh mereka,” pungkasnya. (Awi/Yud)
Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA
Temukan Berita Terbaru: Google News